Evolusi dan revolusi sebagai jalan
perubahan sosial
Segala aturan berupa custom, mores, folkway dan
usage didasarkan pada pengalaman responsif berhadapan dengan sesama manusia
atau alam sekitar. Etika memegang peranan penting dalam masyarakat ini dan
dihujamkan ke individu melebihi pemahaman terhadap hukum positif manapun.
Secara perlahan, masyarakat berubah melewati kebiasaan dan pembiasaan baru dari
luar atau impostor. Maka secara perlahan, dalam hitungan tahun kemudian
masyarakat mengalami perubahan yang besar, menjadi lebih individualistis. Salah
satunya karena kehadiran teknologi televisi. Secara perlahan, mereka mengalami
modernisasi yang diakibatkan oleh injeksi kemodernan yang mereka dapatkan
secara tidak langsung. Alat-alat modern akan terus datang dan mereka akan terbiasa
dengan hal itu. Lalu secara tidak disadari, perubahan sosial telah terjadi.
Selain perubahan yang terjadi secara perlahan
atau evolusi, ada juga jalan perubahan sosial yang lain, yakni revolusi.
Perubahan sosial secara revousi adalah perubahan yang cepat dan drastis yang
bisa dirasakan oleh siapapun yang terlibat maupun tidak. Perubahan sosial
secara revolusi ini pada awalnya terjadi karena kedudukan modernitas yang
merupakan montase dari nilai murni yang dianut dalam suatu komunitas manusia
dengan nilai acuan dan ajuan yang dapat mereka rumuskan setiap tahun dalam
bentuk birokratisasi. Nilai-nilai murni ini kemudian dilegalkan dalam teori
mengenai kependudukan dengan penganjuran urbanisasi dan penyisihan (atau lebih
tepatnya isolasi) pada kaum raral dari budaya perkotaan. Adanya perubahan
budaya politik yang kolot menjadi demokratisasi melalui birokratisasi tingkat
desa menjadi agen dari perubahan sosial tersebut.
Maka dari itu ada semacam pemaksaan kondisi,
dimana tidak ada pilihan bagi sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
masyarakat kecuali untuk berubah. Yang dilakukan birokrat dalam melakukan
revolusi sosial ini dinamakan stimulus sosial, dimana ada semacam iming-iming
dalam kondisi yang dimitoskan “tidak nyaman” menjadi suatu kondisi “nyaman” demi
percepatan kemajuan suatu negara. Selain itu revolusi juga dapat terjadi
sebaliknya, yakni saat masyarakat sudah jenuh dengan kenyamanan palsu, dimana
jurang antara satu kelompok dengan kelompok lainnya menjadi semakin melebar,
maka mereka akan menuntut suatu perubahan yang segera. Perubahan ini sering
memaksa birokrat untuk keluar dari zona nyaman. Jika stimulus sosial memaksa
masyarakat untuk melakukan revolusi, maka protes sosial dapat memaksa birokrasi
menyesuaikan dengan keinginan masyarakat.
Sumber:
http://ridwanaz.com/umum/kewarganegaraan/evolusi-dan-revolusi-sebagai-jalan-perubahan-sosial/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar